Kajian Kerentanan Iklim Provinsi Bangka Belitung, YKAN bersama TCI
Perubahan iklim telah menjadi isu global yang berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan. Peningkatan konsentrasi pemanasan global, perubahan pola curah hujan, serta kejadian cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis semakin sering terjadi dan mempengaruhi kehidupan manusia, lingkungan, serta ekonomi di seluruh dunia. Negara-negara yang memiliki ketergantungan tinggi pada sektor agraris, pesisir, dan kelautan, seperti Indonesia, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim tersebut.
Provinsi Bangka Belitung, yang terdiri dari pulau-pulau kecil dengan kaya akan keanekaragaman hayati, menghadapi tantangan besar akibat sumber daya alam yang dieksploitasi dalam berbagai sektor, seperti penambangan timah, maraknya perkebunan kelapa sawit, dan aktivitas illegal logging, serta perikanan intensif. Penambangan timah yang telah lama menjadi sektor ekonomi utama. Aktivitas penambangan timah, yang dilakukan baik oleh perusahaan besar maupun tambang rakyat, memberikan dampak besar terhadap lingkungan dengan menyebabkan kerusakan lahan, pencemaran air, dan rusaknya ekosistem laut, termasuk terumbu karang di wilayah pesisir. Maraknya perkebunan kelapa sawit dengan pembukaan lahan yang menggantikan hutan alam juga berdampak pada hilangnya habitat flora dan fauna serta menimbulkan risiko erosi dan bencana alam. Eksploitasi lainnya mencakup penebangan hutan (illegal logging) untuk memenuhi kebutuhan kayu, serta perikanan yang intensif menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan yang mengancam keberlanjutan ekosistem laut. Selain itu, tambang pasir kuarsa dan mineral lainnya turut berkontribusi pada kerusakan lahan dan pencemaran lingkungan. Keseluruhan eksploitasi ini, yang berpusat pada pemanfaatan sumber daya alam tanpa memperhatikan kelestariannya, berdampak signifikan pada kondisi lingkungan dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat lokal yang bergantung pada sumber daya alam tersebut untuk kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan banyak faktor tersebut, mengakibatkan iklim di Provinsi Bangka Belitung rentan terganggu. Oleh sebab itu, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Tahija, menginisiasi program yang berfokus pada “Peningkatan Penghidupan Masyarakat Lokal melalui Perlindungan dan Restorasi Ekosistem Mangrove Pesisir di Kepulauan Bangka Belitung yang bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait seperti Yayasan Tarsius Center Indonesia (TCI) dan Tim Konsultan dari Yogyakarta
Tarsius Center Indonesia (TCI) secara aktif melakukan program pendampingan masyarakat, edukasi dan juga konservasi di Provinsi Bangka Belitung. Berbagai upaya telah dilakukan seperti bekerja sama dengan mitra-mitra untuk mengembangkan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, Oleh sebab itu pula TCI selaku Fasilitator di Program yang diusung YKAN dalam melakukan kajian kerentanan iklim di Provinsi Bangka Belitung selama 20 hari lamanya dari tanggal 1 Desember 2024 hingga 20 Desember 2024, kegiatan ini tak hanya di satu tempat melainkan berpindah-pindah dari desa satu ke desa lain, khususnya 6 desa, diantaranya Kota Waringin, Kota Kapur, dan Rebo di Kabupaten Bangka, kemudian beralih ke Desa Dendang dan Desa Gantung di Kabupaten Belitung Timur, serta Desa terakhir yaitu Desa Sungai Padang di Kabupaten Belitung.
Program Kajian Kerentanan Iklim muncul sebagai respon terhadap kebutuhan mendesak untuk memahami dan mengatasi dampak perubahan iklim di berbagai wilayah. Kajian ini pula bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kerentanan suatu wilayah atau sektor terhadap perubahan iklim, serta mengukur kemampuan adaptasi masyarakat dalam menghadapi risiko-risiko yang timbul. Dengan adanya kajian ini pula, diharapkan akan ada rencana aksi adaptasi iklim yang lebih baik di tingkat desa, serta kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah Provinsi Bangka Belitung. Melalui peningkatan kapasitas masyarakat dalam beradaptasi, program ini berusaha untuk meminimalisir dampak negatif perubahan iklim dan menjaga kelangsungan kehidupan ekonomi serta ekosistem di desa-desa yang terdampak.